Laman

Minggu, 20 November 2011

Bioinformatika dalam dunia perikanan

APLIKASI MIKROSATELIT DALAM PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN KERAPU
Memenuhi Tugas Teknologi Informasi



I. Pendahuluan
Kerapu merupakan ikan-ikan yang hidup di terumbu karang, yang dalam dunia internasional dikenal dengan namagroupers atau coral reef fishes. Ikan- ikan ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Ikan kerapu diperdagangkan dalam keadaan hidup, dengan harga jual yang relatif tinggi. Harga ikan kerapu tikus di tingkat nelayan dapat mencapai US$ 20 (Rp 200.000,-) untuk setiap kilogramnya. Ikan tersebut diekspor terutama ke Hongkong dengan harga jual yang berlipat kali. Pada tahun 2000, Hongkong mengimpor 9.827 ton ikan kerapu hidup, dengan pemasok utama China, Thailand, Philipina, Indonesia, Australia dan Malaysia. Pangsa Indonesia hanya sekitar 9,39% dari semua pemasok ikan kerapu ke Hongkong.
Untuk menghindarkan terjadinya kepunahan terhadap populasi ikan kerapu di alam dan mempertahankan terumbu karang serta tetap dapat mengisi permintaan pasar yang terus meningkat, maka upaya mengalihkan usaha penangkapan ke usaha budidaya merupakan langkah strategis yang perlu dilakukan. Kegiatan budidaya kerapu di Indonesia belum banyak berkembang. Dewasa ini di Indonesia baru terdapat pembenihan kerapu milik pemerintah (Lampung, Situbondo, Takalar dan Gondol), dan satu pembenihan milik swasta di Lampung. Kalaupun ada maka lebih bersifat penangkaran atau penggemukan ikan hasil tangkapan alam yang masih berukuran kecil hingga ukuran konsumsi. Hingga saat ini, usaha pembenihan masih menghadapi sejumlah masalah, terutama rendahnya tingkat hidup (survival rate) sehingga diperlukan dukungan iptek. Salah satu iptek yang mampu menopang kemajuan budidaya kerapu yaitu penerapan atau aplikasi mikrosatelit dalam pengembangan budidaya ikan kerapu.

II. Isi
2.1. Taksonomi Ikan Kerapu

Adapun klasifikasi Ikan Kerapu adalah sebagai berikut :
Kelas               : Pisces
Sub kelas         : Teleostei
Ordo                : Percomorphi
Sub ordo         : Percoidea
Devisi              : Perciformis
Famili              : Serranidea
Sub famili        : Epinephelinea
Genus              : Epinephelus
Spesies            : Epinephelus sp.

2.2. Ciri-ciri Morfologi Ikan Kerapu
Menurut Wardana (1994), Ciri-ciri morfologi ikan kerapu adalah sebagai berikut:
1.      Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh.
2.      Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat
3.      Mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas.
4.      Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak
5.      Posisi sirip perut berada dibawah sirip dada.
6.      Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid

2.3. Siklus Hidup, Reproduksi dan Kematangan Gonad
Effendi (2002) menyatakan bahwa ikan kerapu merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, dimana proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betima ke fase jantan atau ikan kerapu ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan. Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin dan ukuran.
Pada ikan kerapu jenis Epinephelus diacantus kecendrungan perubahan kelamin terjadi selama tidak bereproduksi yaitu antara umur 2-6 tahun, tetapi perubahan terbaik terjadi antara 2-3 tahun.

 2.4. Genetik Marker
Teknik-teknik yang digunakan dalam genetika modern banyak menggunakan genetik marker sebagai alat bantu mengidentifikasi genotipe suatu individu atau sampel yang diambil darinya. Genetik marker, biasa juga disebut dengan 'penanda',marker, 'marka', atau 'markah', merupakan ekspresi pada individu yang terlihat oleh mata atau terdeteksi dengan alat tertentu, yang menunjukkan dengan pasti genotipe suatu individu. Genetik marker dapat diketahui lokasinya padakromos om maupun tidak. Penanda yang lokasinya dapat diketahui pada kromosom lebih karena memberikan informasi bagi sekuensing dan perbandingan antar genotipe, meskipun seringkali tidak praktis dalam aplikasinya.
Genetik marker juga mengikuti Hukum Pewarisan Mendel dalam suatu analisis genetik. Terdapat dua kelas genetik marker dalam kaitan dengan hal ini:
1. Penanda bersifat kodominan, artinya dapat membedakan ketiga kelas genotipe pada generasi F2 (dua homozigot dan heterozigot);
2. Penanda bersifat dominan, yang tidak bisa memisahkan heterozigot dari salah satu kelas homozigot.

2.5. Aplikasi Analisis Mikrosatelit
Mikrosatelit bersifat kodominan dan dapat diketahui letak lokasi pada DNA. Dengan demikian, pada SSR sesuai berfungsi untuk mendeteksi heterozigos itas. Pemanfaatannya tidak memerlukan waktu lama (dua hari). Mikrosatelit merupakan penanda berbasis PCR, sehingga memerlukan primer. Karena kelebihan-kelebihan ini, mikrosatelit disukai sebagai penanda. Kelemahan mikrosatelit adalah pembuatan primernya memerlukan investasi yang besar karena ikan harus melakukan sekuensing dan primer mikrosatelit bersifat spesifik spesies (sukar dipertukarkan antarspesies).
Bentuk pengulangan sekuen DNA sederhana yang berulang-ulang menjadikan marka mikrosatelit sering disebut simple sequence repeat (SSR), short tandem repeats (STRs) atau simple sequence lenght polymorphisms (SSLPs) yang sekarang menjadi salah satu marka paling banyak digunakan secara luas untuk untuk pemetaan genetik, analisis keragaman genetik, dan studi evolusi.Marka ini muncul sebagai marka yang sangat ideal untuk pemetaan genom. MIkrosatelit kloroplast (cpSSRs) sama dengan mikrosatelit di dalam inti sel, tetapi ulangan hanya bisa 1 pasang basa (misal (T)n). Setiap spesies biasanya memiliki ciri khas dalam pengulangan sekuen sederhana.
Minisatelit dan mikrosatelit adalah tipe lain dari TR DNA. Meskipun tidak tampak pada daerah pita satelit ketika dilakukan pengujian, namun minisateli dan mikrosatelit juga dimasukkan dalam DNA satelit. Kemungkinan yang menyebabkan tidak tampaknya minisatelit dan mikrosatelit pada pita satelit adalah jumlahrepeat DNA yang sedikit. Minisatelit mempunyai unit ulangan mencapai 25 pb sedangkan mikrosatelit berkisar 13 pb ke bawah. Oleh karena itu, mikrosatelit disebut jugqa Short Tandem Repeat
DNA Satelit ditemukan dalam sentromer dan juga di tempat lain dalam kromosom eukaryot. Sebuah genom dapat berisi beberapa tipe DNA Satelit yang berbeda-beda, setiap Satelit dengan sebuah perbedaan unit yang berulang-ulang, unit tersebut berkisar antara 5-200 bp. Tiga kelompok Satelit dalam DNA manusia meliputi 4 perbedaan dari tipe berulang. Salah satu tipe DNA Satelit yang ditemukan dalam ikan adalah alphoid DNA yang berulang, terdapat di bagian sentromer dalam kromosom.

III. Penutup
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah megenai aplikasi mikrosatelit dalam pengembangan budidaya kerapu adalah untuk menghasilkan benih budidaya yang unggul sebagai ikan ekspor.

Effendie I.M., 2002. Biologi perikanan. Yayasan pustaka nusantara.163 hal.

Wardana I.P., 1994. Pembesaran kerapu dengan keramba jarring apung. Penebar Swadaya Jakarta. 65 hal.




 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar