Very Luftia Azizati
Minggu, 04 November 2012
Tuhan Punya Cerita
"Tuhan Punya Cerita"
Sakit memang saat kita jatuh, tapi betapapun sakitnya Tuhan tak pernah membiarkan kita sendiri. Ada banyak cerita yang Tuhan tulis untuk kita, cerita senang, sedih, luka, sakit, suka, semua telah tertulis tinggal bagaimana kita memainkan peran itu...... Terkadang apa yang kita ungkapkan tak selalu diterima baik oleh orang lain, itu lah cara pendewasaan yang Tuhan ajarkan pada kita....
Tak selamanya keburukan yang kita lakukan murni kesalahan kita, tapi setidaknya jangan pernah mengkambing hitamkan orang lain dan menyalahkan orang lain, kita layak mengevaluasi diri kita sendiri.
Biarkan mereka menganggapku sampah, tapi Tuhan tak akan pernah menganggapku seperti itu. ketika Tuhan Punya Cerita, DIA mengajarkan aku kedewasaan, DIA mengajarkan aku mengalah,DIA mengajarkan aku tersenyum meski itu menyakitkan.
Lewat mas, Tuhan mengajarkan aku arti kesabaran, apa itu setia, apa itu pengorbanan, apa itu mengalah. Selalu hadirkan Tuhan dalam pikiran kita, sehingga kita tak pernah berpikir buruk tentang orang lain, sehingga kita tak pernah berpikir kita di no dua kan oleh orang lain...
Ketika kita memang punya kelebihan untuk apa berpikir bahwa aku kalah, untuk apa menjadikan orang lain sebagai penyebab ???? positif thingking itu perlu, seperti halnya kita berprasangka baik terhadap Tuhan :)
Rabu, 04 Januari 2012
Aquaculture Bioinformatic
PENERAPAN SELEKSI FAMILI F3 PADA IKAN NILA HITAM (Orechromis niloticus)
Resume dari jurnal http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek/article/view/376/868
Ikan nila merupakan ikan yang berasal dari Benua Afrika. Di Indonesia ikan nila sangat digemari sehingga kebutuhan konsumsi akan protein hewani semakin meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya konsumsi tersebut, membuat para pembudidaya semakin produktif untuk melakukan budidaya ikan nila, hal tersebut menjadikan kualitas ikan nila semakin menurun. Mutu genetik ikan nila yang semakin menurun menggugah para ahli di bidang perikanan untuk melakukan pemuliaan terhadap nila hitam ini. Pemulian tersebut dilakukan dengan cara penerapan metode seleksi famili untuk menghasilkan generasi F3. Seleksi famili dilakukan 2 pendekatan yaitu dengan seleksi antar famili dan seleksi dalam famili.
Tahap selanjutannya adalah pematangan gonad agar siap memijah, namun kedua induk dipelihara secara terpisah. Pemijahan dilakukan sesuai dengan kematangan gonad. Selanjutnya penebaran induk pada wadah pemijahan betina lebih dahulu dimasukkan 7 hari sebelum jantan, keduanya diberi pakan 3% dari bobot per hari. Tujuh hari setelah masa pemijahan dilakukan pengamatan larva, kemudian bila telah ada larva-larva tersebut ambil induk dan biarkan larva di pelihara selama 60 hari.
Proses pembesaran selajutnya selama 90 hari, dan diberikan pakan pellet. Selanjutnya dilakukan seleksi dan pembagian populasi menjadi dua yang terdiri dari sub populasi jantan dan sub populasi betina menghasilkan heretabilitas genarasi F3 yang kecil yaitu 56,8% dari genarasi F2. Hal tersebut mungkin saja di karenakan oleh faktor inbreeding, karena inbreeding memiliki sifat melepaskan sifat yang tidak diinginkan. Meningkatnya kemurnian selanjutnya dapat dilakukan untuk menghasilkan generasi F4.
Kesimpulannya adalah pemulian ikan tidak hanya untuk mendapatkan yang memiliki kualitas yang unggul, namun juga memiliki sifat-sifat yang diingikan sebagai induk yang bermutu.
Resume dari jurnal http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek/article/view/376/868
Ikan nila merupakan ikan yang berasal dari Benua Afrika. Di Indonesia ikan nila sangat digemari sehingga kebutuhan konsumsi akan protein hewani semakin meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya konsumsi tersebut, membuat para pembudidaya semakin produktif untuk melakukan budidaya ikan nila, hal tersebut menjadikan kualitas ikan nila semakin menurun. Mutu genetik ikan nila yang semakin menurun menggugah para ahli di bidang perikanan untuk melakukan pemuliaan terhadap nila hitam ini. Pemulian tersebut dilakukan dengan cara penerapan metode seleksi famili untuk menghasilkan generasi F3. Seleksi famili dilakukan 2 pendekatan yaitu dengan seleksi antar famili dan seleksi dalam famili.
Tahap selanjutannya adalah pematangan gonad agar siap memijah, namun kedua induk dipelihara secara terpisah. Pemijahan dilakukan sesuai dengan kematangan gonad. Selanjutnya penebaran induk pada wadah pemijahan betina lebih dahulu dimasukkan 7 hari sebelum jantan, keduanya diberi pakan 3% dari bobot per hari. Tujuh hari setelah masa pemijahan dilakukan pengamatan larva, kemudian bila telah ada larva-larva tersebut ambil induk dan biarkan larva di pelihara selama 60 hari.
Proses pembesaran selajutnya selama 90 hari, dan diberikan pakan pellet. Selanjutnya dilakukan seleksi dan pembagian populasi menjadi dua yang terdiri dari sub populasi jantan dan sub populasi betina menghasilkan heretabilitas genarasi F3 yang kecil yaitu 56,8% dari genarasi F2. Hal tersebut mungkin saja di karenakan oleh faktor inbreeding, karena inbreeding memiliki sifat melepaskan sifat yang tidak diinginkan. Meningkatnya kemurnian selanjutnya dapat dilakukan untuk menghasilkan generasi F4.
Kesimpulannya adalah pemulian ikan tidak hanya untuk mendapatkan yang memiliki kualitas yang unggul, namun juga memiliki sifat-sifat yang diingikan sebagai induk yang bermutu.
Senin, 02 Januari 2012
Bioinformatica of Aquaculture
Assalamu'alaikum..
taukah kita tentang Bioinformatika ??? Bioinformatika adalah disiplin ilmu yang memadukan biologi molekul, matematika, dan Teknologi Informasi. Dewasa ini Bioinformatika memiliki peranan yang sangat penting, diantaranya adalah untuk memanajemen data-data biologi molekul, terutama sekuen DNA dan informasi genetika. kelahiran Bioinformatika modern tak lepas dari perkembangan bioteknologi. bioteknologi modern ditandai dengan kemampuan pada manipulasi DNA. Rantai / sekuen DNA yag mengkode protein disebut gen. gen ditranskripsikan menjadi mRNA, kemudian ditranslasikan menjadi protein. protein sebagai produk akhir bertugas menunjang seluruh proses kehidupan.
setelah kita ketahui apa itu sedikit mengenai bioinformatika.. kini saatnya meresume tugas Bioinformatica of Aquaculture...
PENGARUH KONSENTRASI KADMIUM TERHADAP PERUBAHAN WARNA DAN PRESENTASE JENIS KELAMIN JANTAN ANAKAN Daphnia magna
kegunaan dari penelitian tersebut adalah untuk memberikan informasi mengenai tingkatan perubahan warna dan persentase jenis kelamin jantan anakan yang dihasilkan Daphnia magna akibat pemaparan baha toksik logam kadmium agar dapat menjadi dasar pengembangan alternatif deteksi dini perubahan lingkungan menggunakan bioindikator Daphnia magna dalam membnagun kewaspadaan terhadapa akibat pencemaran lingkungan perairan.
hal-hal yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penentuan dosis logam berat kadmium
2. Pengamatan perubahan warna
3. Pengamatan jenis kelamin jantan anakan
sedangkan parameter utamanya meliputi:
1. Pengamatan perubahan warna, dan
2. Presentase jenis kelamin jantan anakan
parameter pendukungnya meliputi:
1. Pengukuran oksigen terlarut
2. Pengukuran suhu air
3. Pengukuran pH
4. Pengukuran kadar amoniak
kesimpulan
kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut di atas agar dapat memberikan informasi yang tepat dalam penelitian tentang pencemaran lingkungan.
sumber : http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11094350.pdf
taukah kita tentang Bioinformatika ??? Bioinformatika adalah disiplin ilmu yang memadukan biologi molekul, matematika, dan Teknologi Informasi. Dewasa ini Bioinformatika memiliki peranan yang sangat penting, diantaranya adalah untuk memanajemen data-data biologi molekul, terutama sekuen DNA dan informasi genetika. kelahiran Bioinformatika modern tak lepas dari perkembangan bioteknologi. bioteknologi modern ditandai dengan kemampuan pada manipulasi DNA. Rantai / sekuen DNA yag mengkode protein disebut gen. gen ditranskripsikan menjadi mRNA, kemudian ditranslasikan menjadi protein. protein sebagai produk akhir bertugas menunjang seluruh proses kehidupan.
setelah kita ketahui apa itu sedikit mengenai bioinformatika.. kini saatnya meresume tugas Bioinformatica of Aquaculture...
PENGARUH KONSENTRASI KADMIUM TERHADAP PERUBAHAN WARNA DAN PRESENTASE JENIS KELAMIN JANTAN ANAKAN Daphnia magna
kegunaan dari penelitian tersebut adalah untuk memberikan informasi mengenai tingkatan perubahan warna dan persentase jenis kelamin jantan anakan yang dihasilkan Daphnia magna akibat pemaparan baha toksik logam kadmium agar dapat menjadi dasar pengembangan alternatif deteksi dini perubahan lingkungan menggunakan bioindikator Daphnia magna dalam membnagun kewaspadaan terhadapa akibat pencemaran lingkungan perairan.
hal-hal yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penentuan dosis logam berat kadmium
2. Pengamatan perubahan warna
3. Pengamatan jenis kelamin jantan anakan
sedangkan parameter utamanya meliputi:
1. Pengamatan perubahan warna, dan
2. Presentase jenis kelamin jantan anakan
parameter pendukungnya meliputi:
1. Pengukuran oksigen terlarut
2. Pengukuran suhu air
3. Pengukuran pH
4. Pengukuran kadar amoniak
kesimpulan
kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut di atas agar dapat memberikan informasi yang tepat dalam penelitian tentang pencemaran lingkungan.
sumber : http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11094350.pdf
Sabtu, 17 Desember 2011
Sistem Informasi Geografis
RESUME
PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN BUDIDAYA DI INDONESIA Oleh : I Nyoman Radiarta
Perikanan budidaya dewasa ini mulai digalakkan oleh pemerintah guna mengurangi adanya overfishing. Untuk itu perlu dilaksanakan system budidaya yang berkelanjutan agar permintaan pasar atau konsumen dapat terpenuhi. Namun, perikanan budidaya dapat memberikan efek yang kurang baik bagi lingkungan sekitar antara lain adalah, adanya konflik pemanfaatan lahan dengan masyarakat sekitar, kerusakan mangrove karena kerusakan lahan, polusi air yang disebabkan obat-obatan antibiotic, kimia dan lain sebagainya.
Dengan adanya, ketersediaan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan penginderaan jauh dapat memberikan informasi mengenai letak dan kondisi suatu daerah yang dapat dimanfaatkan sebagai lingkungan budidaya. Penggunaan ini menggunakan analisa, data, perangkat lunak analisa inderaja, analisis, ketersediaan data dan perangkat lunak SIG.
Contoh Aplikasi Inderaja dan SIG untuk Budidaya Perikanan
Pemanfaatan SIG dan Penginderaan jauh dapat diaplikasikan meliputi pemetaan perubahan lahan, pemantauan lingkungan budidaya dan pemetaan kelayakan lahan.
Pemetaan Perubahan Lahan
Pemetaan lahan disini berfungsi sebagai pengetahuan suatu perubahan yang terjadi di daerah tertentu misalnya perubahan luasan lahan tambak di Karawang, Pantai Utara Jawa yang mencapai 8,022 ha.
Pemantauan lingkungan Budidaya
Pemantauan lingkungan dimanfaatkan untuk mengetahui kondisi perairan di suatu daerah mengenai parameter kualitas air. Mengapa harus parameter kualitas air ? karena kualitas air sebagai faktor utama untuk menentukan lokasi pengembang budidaya. Dapat dicontohkan sebagai berikut : pemetaan parameter lingkungan meliputi kecerahan perairan yang menggunakan data landsat 7 di sub alpine lake, Italy.
Pemetaan Kelayakan Lahan
Pemetaan kelayakan lahan digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu lahan dalam pengembangan budidaya. Hal apa saja yang menjadi aspek dalam kelayakan lahan ? hal tersebut meliputi kualitas tanah, konstruksi tambak, ketersediaan air dan social ekonomi masyarakat.
Daftar pustaka
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/31088191.pdf
Minggu, 20 November 2011
Bioinformatika dalam dunia perikanan
APLIKASI MIKROSATELIT DALAM PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN KERAPU
Memenuhi Tugas Teknologi Informasi
I. Pendahuluan
Kerapu merupakan ikan-ikan yang hidup di terumbu karang,
yang dalam dunia internasional dikenal dengan namagroupers atau coral reef
fishes. Ikan- ikan ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat potensial
untuk dikembangkan di Indonesia. Ikan kerapu diperdagangkan dalam keadaan
hidup, dengan harga jual yang relatif tinggi. Harga ikan kerapu tikus di
tingkat nelayan dapat mencapai US$ 20 (Rp 200.000,-) untuk setiap kilogramnya.
Ikan tersebut diekspor terutama ke Hongkong dengan harga jual yang berlipat
kali. Pada tahun 2000, Hongkong mengimpor 9.827 ton ikan kerapu hidup, dengan
pemasok utama China, Thailand, Philipina, Indonesia, Australia dan Malaysia.
Pangsa Indonesia hanya sekitar 9,39% dari semua pemasok ikan kerapu ke
Hongkong.
Untuk menghindarkan terjadinya kepunahan terhadap populasi
ikan kerapu di alam dan mempertahankan terumbu karang serta tetap dapat mengisi
permintaan pasar yang terus meningkat, maka upaya mengalihkan usaha penangkapan
ke usaha budidaya merupakan langkah strategis yang perlu dilakukan. Kegiatan
budidaya kerapu di Indonesia belum banyak berkembang. Dewasa ini di Indonesia
baru terdapat pembenihan kerapu milik pemerintah (Lampung, Situbondo, Takalar
dan Gondol), dan satu pembenihan milik swasta di Lampung. Kalaupun ada maka
lebih bersifat penangkaran atau penggemukan ikan hasil tangkapan alam yang
masih berukuran kecil hingga ukuran konsumsi. Hingga saat ini, usaha pembenihan
masih menghadapi sejumlah masalah, terutama rendahnya tingkat hidup (survival
rate) sehingga diperlukan dukungan iptek. Salah satu iptek yang mampu menopang
kemajuan budidaya kerapu yaitu penerapan atau aplikasi mikrosatelit dalam pengembangan
budidaya ikan kerapu.
II. Isi
2.1. Taksonomi Ikan Kerapu
Adapun klasifikasi Ikan Kerapu adalah sebagai berikut :
Kelas
: Pisces
Sub
kelas : Teleostei
Ordo
: Percomorphi
Sub
ordo : Percoidea
Devisi
: Perciformis
Famili
: Serranidea
Sub
famili : Epinephelinea
Genus
: Epinephelus
Spesies
: Epinephelus sp.
2.2. Ciri-ciri Morfologi Ikan Kerapu
Menurut Wardana (1994), Ciri-ciri morfologi ikan kerapu
adalah sebagai berikut:
1. Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar
tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh.
2. Rahang atas dan bawah dilengkapi
dengan gigi yang lancip dan kuat
3. Mulut lebar, serong ke atas dengan
bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas.
4. Sirip ekor berbentuk bundar, sirip
punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang
lebih sama dengan yang berjari-jari lunak
5. Posisi sirip perut berada dibawah
sirip dada.
6. Badan ditutupi sirip kecil yang
bersisik stenoid
2.3. Siklus Hidup, Reproduksi dan Kematangan Gonad
Effendi (2002) menyatakan bahwa ikan kerapu merupakan jenis
ikan bertipe hermaprodit protogini, dimana proses diferensiasi gonadnya
berjalan dari fase betima ke fase jantan atau ikan kerapu ini memulai siklus
hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan. Fenomena
perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu sangat erat hubungannya dengan
aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin dan ukuran.
Pada ikan kerapu jenis Epinephelus diacantus kecendrungan
perubahan kelamin terjadi selama tidak bereproduksi yaitu antara umur 2-6
tahun, tetapi perubahan terbaik terjadi antara 2-3 tahun.
Teknik-teknik yang digunakan dalam genetika modern banyak
menggunakan genetik marker sebagai alat bantu mengidentifikasi genotipe suatu
individu atau sampel yang diambil darinya. Genetik marker, biasa juga disebut
dengan 'penanda',marker, 'marka', atau 'markah', merupakan ekspresi pada
individu yang terlihat oleh mata atau terdeteksi dengan alat tertentu, yang
menunjukkan dengan pasti genotipe suatu individu. Genetik marker dapat
diketahui lokasinya padakromos om maupun tidak. Penanda yang lokasinya dapat
diketahui pada kromosom lebih karena memberikan informasi bagi sekuensing dan
perbandingan antar genotipe, meskipun seringkali tidak praktis dalam
aplikasinya.
Genetik marker juga mengikuti Hukum Pewarisan Mendel dalam
suatu analisis genetik. Terdapat dua kelas genetik marker dalam kaitan dengan
hal ini:
1.
Penanda bersifat kodominan, artinya dapat membedakan ketiga kelas genotipe pada
generasi F2 (dua homozigot dan heterozigot);
2.
Penanda bersifat dominan, yang tidak bisa memisahkan heterozigot dari salah
satu kelas homozigot.
Mikrosatelit bersifat kodominan dan dapat diketahui letak
lokasi pada DNA. Dengan demikian, pada SSR sesuai berfungsi untuk mendeteksi heterozigos
itas. Pemanfaatannya tidak memerlukan waktu lama (dua hari). Mikrosatelit
merupakan penanda berbasis PCR, sehingga memerlukan primer. Karena
kelebihan-kelebihan ini, mikrosatelit disukai sebagai penanda. Kelemahan mikrosatelit adalah pembuatan
primernya memerlukan investasi yang besar karena ikan harus melakukan sekuensing
dan primer mikrosatelit bersifat spesifik spesies (sukar dipertukarkan
antarspesies).
Bentuk pengulangan sekuen DNA sederhana yang berulang-ulang menjadikan marka mikrosatelit sering disebut simple sequence repeat (SSR), short tandem repeats (STRs) atau simple sequence lenght polymorphisms (SSLPs) yang sekarang menjadi salah satu marka paling banyak digunakan secara luas untuk untuk pemetaan genetik, analisis keragaman genetik, dan studi evolusi.Marka ini muncul sebagai marka yang sangat ideal untuk pemetaan genom. MIkrosatelit kloroplast (cpSSRs) sama dengan mikrosatelit di dalam inti sel, tetapi ulangan hanya bisa 1 pasang basa (misal (T)n). Setiap spesies biasanya memiliki ciri khas dalam pengulangan sekuen sederhana.
Minisatelit dan mikrosatelit adalah tipe lain dari TR DNA.
Meskipun tidak tampak pada daerah pita satelit ketika dilakukan pengujian,
namun minisateli dan mikrosatelit juga dimasukkan dalam DNA satelit.
Kemungkinan yang menyebabkan tidak tampaknya minisatelit dan mikrosatelit pada
pita satelit adalah jumlahrepeat DNA yang sedikit. Minisatelit mempunyai unit
ulangan mencapai 25 pb sedangkan mikrosatelit berkisar 13 pb ke bawah. Oleh
karena itu, mikrosatelit disebut jugqa Short Tandem Repeat
DNA Satelit ditemukan dalam
sentromer dan juga di tempat lain dalam kromosom eukaryot. Sebuah genom dapat
berisi beberapa tipe DNA Satelit yang berbeda-beda, setiap Satelit dengan
sebuah perbedaan unit yang berulang-ulang, unit tersebut berkisar antara 5-200
bp. Tiga kelompok Satelit dalam DNA manusia meliputi 4 perbedaan dari tipe
berulang. Salah satu tipe DNA Satelit yang ditemukan dalam ikan adalah alphoid
DNA yang berulang, terdapat di bagian sentromer dalam kromosom.
III. Penutup
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah
megenai aplikasi mikrosatelit dalam pengembangan budidaya kerapu adalah untuk
menghasilkan benih budidaya yang unggul sebagai ikan ekspor.
Effendie I.M., 2002. Biologi perikanan. Yayasan pustaka
nusantara.163 hal.
Wardana I.P., 1994. Pembesaran
kerapu dengan keramba jarring apung. Penebar Swadaya Jakarta. 65 hal.
Langganan:
Postingan (Atom)